Minggu, 12 Agustus 2012

Gelombang Mudik Mulai Bergerak


JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang pemudik yang hendak merayakan hari raya Idul Fitri mulai bergerak menuju kampung halaman masing-masing. Diperkirakan lebih dari 22 juta penduduk Indonesia melakukan perjalanan secara serentak tujuh hari sebelum dan setelah hari raya dengan berbagai moda transportasi.
Data resmi Kementerian Perhubungan menunjukkan, dari 22 juta pemudik tersebut, 16,5 juta di antaranya menggunakan berbagai moda angkutan. Sisanya memakai kendaraan pribadi, seperti mobil atau sepeda motor.
”Jumlah pemudik bisa saja lebih besar dari itu karena angka yang benar-benar diketahui adalah jumlah pemudik pengguna angkutan umum, yakni 16,5 juta,” ujar Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono dalam penerbangan dari Banyuwangi ke Surabaya, Minggu (12/8/2012).
Menurut Bambang, dari hasil survei yang dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik bahkan diprediksi bisa 25 juta hingga 27 juta jiwa.
Survei tersebut diselenggarakan di 12 kota besar terhadap 12.000 rumah tangga. Survei ini dibutuhkan Kementerian Perhubungan untuk mendapatkan gambaran awal jumlah orang yang akan mudik.
”Tentunya ini adalah proxy (pendekatan) atas jumlah pemudik. Adapun angka sekitar 16 juta adalah pemudik angkutan umum. Selisihnya itu adalah pemudik berkendaraan pribadi dan yang tidak jadi mudik. Itulah makanya kami menjadwalkan survei lanjutan setelah Lebaran nanti untuk menanyakan responden yang sama, jadi atau tidaknya mudik,” tuturnya.
Untuk mengetahui perkiraan jumlah pemudik yang menggunakan mobil pribadi atau sepeda motor, Kementerian Perhubungan memperhitungkan setiap satu juta sepeda motor akan mengangkut 1,75 juta orang.
Asumsinya, 75 persen dari pengendara sepeda motor itu membonceng satu orang. Sementara pemudik yang menggunakan mobil jumlahnya empat kali lipat pengguna sepeda motor.
Dengan besarnya angka pemudik ini, kemacetan lalu lintas akan menjadi keniscayaan. Karena itu, koordinasi yang rapi di antara petugas di lapangan antardaerah sangat dibutuhkan untuk meminimalkan stagnasi kendaraan di jalur mudik. Puncak arus mudik diperkirakan pada 16 atau 17 Agustus 2012.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, jumlah pemudik dari Jakarta merupakan yang terbesar. Tahun ini jumlah pemudik dari Jakarta diperkirakan mencapai 8,3 juta orang atau naik 15,11 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 7,2 juta jiwa.
Tren pemudik Jakarta sebagian besar masih memilih kendaraan pribadi. Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta mencatat, estimasi mobil pribadi yang bergerak dari Jakarta sebanyak 4,4 juta kendaraan. Sementara sepeda motor berjumlah 1,5 juta-2,5 juta unit.
Meskipun untuk menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur terdapat beberapa jalur alternatif, jalur pantai utara (pantura) tetap menjadi pilihan bagi pemudik. Di jalur ini, kemacetan terjadi karena masalah klasik, seperti perempatan jalan, pasar tumpah, atau pelintasan kereta api.
Beban jalur pantura bisa berkurang seandainya pengguna kendaraan mau memilih jalur alternatif. Namun, persoalannya, jalur alternatif di wilayah tengah Jawa Barat dan perbatasan Jawa Tengah lebih layak dilalui pada siang hari. Dari survei yang dilakukan Kompas, sebagian jalur alternatif berisiko untuk dilalui pada malam hari karena jalannya relatif sempit, berkelok, dan tidak ada lampu penerangan.
Besarnya jumlah kendaraan yang bergerak selama dua pekan ke depan tidak hanya menimbulkan potensi kemacetan, tetapi juga kecelakaan.
Pengemudi dituntut meningkatkan kewaspadaan serta lebih disiplin dalam berkendara. Masyarakat diminta berani menegur pengemudi yang mengantuk dan ugal-ugalan. Tujuannya adalah menekan angka kecelakaan yang kerap terjadi akibat kelalaian pengemudi.
”Semua harus berani mengingatkan karena keselamatan banyak nyawa manusia saat itu ada di tangan pengemudi,” kata Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara RI (Polri) Inspektur Jenderal Pudji Hartanto Iskandar.
Data Polri menunjukkan, jumlah korban kecelakaan lalu lintas akibat pengemudi mengantuk cukup tinggi. Tahun 2010 dari total 352 korban meninggal dunia dan luka berat, 49 di antaranya meninggal. Setahun kemudian meningkat menjadi 88 orang dari total korban 909 orang meninggal dunia dan luka berat.
Mulai ramai
Minggu kemarin di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur, peningkatan jumlah penumpang signifikan. Jumlah penumpang yang diberangkatkan mencapai 1.751 orang melalui 70 bus. Jumlah penumpang itu melonjak empat kali lipat lebih dibandingkan dengan hari biasa.
Kondisi serupa terjadi di Terminal Kampung Rambutan. Sejak Sabtu (11/8/2012) sampai Minggu kemarin pukul 13.00, sebanyak 10.723 pemudik berangkat melalui Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, ke sejumlah daerah di Jawa dan Sumatera.
Untuk angkutan udara, sedikitnya 2,6 juta orang diprediksi akan berangkat dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Banten. Minggu kemarin peningkatan jumlah penumpang ini sudah mulai terlihat, bahkan sejumlah penerbangan ekstra sudah dioperasikan.
Penyeberangan Jawa-Bali di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk kemarin juga mulai dipadati pemudik. Jumlah penyeberang mencapai 1.600 atau naik 20 persen dibandingkan hari biasa.
Dari pantauan, pelabuhan penghubung Jawa-Bali itu telah ramai dengan pemudik roda dua. Para pemudik menuju kota-kota lain di Jawa Timur, seperti Malang, Kediri, Madiun, dan Jember. (APA/CHE/ADH/ENG/NIT/OIN/PIN)

Sumber :
Kompas Cetak
Editor :
Hindra

0 komentar:

Posting Komentar